Pria Bisu Ini Menggambar Masjid Indah Hanya dari Ingatan, Lukisannya Dihargai Ratusan Juta

Dunia ini tidak kekurangan orang hebat. Yang sering luput adalah mereka yang tidak tampil di layar kaca, tidak viral, tidak dicari wartawan, tapi setiap hari menanamkan kebaikan kecil dengan cinta besar. Kisah-kisah ini adalah bukti bahwa kamu tidak perlu jadi kaya, pintar, atau terkenal untuk membuat dunia jadi tempat yang lebih baik.

1. Kuli Angkut Pasar yang Menyekolahkan Anak Tetangga

Pak Bowo bekerja sebagai kuli angkut di pasar tradisional. Setiap hari ia mengangkat karung-karung berisi sayuran dan beras dari pagi sampai sore. daftar mg4d Tapi ada satu hal yang tidak banyak orang tahu: ia diam-diam membayar uang sekolah anak tetangganya yang ditinggal ayahnya.

Saat ditanya kenapa, Pak Bowo menjawab, “Saya nggak bisa kasih anak saya mainan mahal, tapi saya bisa kasih masa depan ke anak lain yang hampir kehilangan harapan.”

Anak itu kini duduk di bangku SMA dan selalu menyebut Pak Bowo sebagai “ayah kedua.”

2. Nenek Penjual Gorengan yang Tak Pernah Menolak Pengemis

Nenek Ijah berjualan gorengan di pinggir jalan Jakarta. Usianya sudah lebih dari 70 tahun, tapi masih semangat berdagang. Yang membuatnya istimewa adalah prinsipnya: siapa pun yang lapar, boleh ambil gorengan, meski tidak punya uang.

“Saya tahu rasanya lapar dan nggak punya siapa-siapa. Kalau saya bisa bantu walau cuma satu tempe goreng, itu sudah cukup,” katanya.

Setiap sore, beberapa anak jalanan duduk rapi di dekat gerobaknya — bukan untuk minta uang, tapi untuk menikmati gorengan dan cerita nenek Ijah yang selalu hangat.

3. Sopir Ojol yang Menyelamatkan Penumpang dari Upaya Percobaan Bunuh Diri

Andi, seorang pengemudi ojek online di Surabaya, mendapat order tengah malam dari seorang wanita muda. Sepanjang perjalanan, wanita itu hanya diam dan terus menangis. Ia meminta diantar ke jembatan.

Andi merasa ada yang tidak beres. Ia pun mengajak si penumpang berhenti dulu untuk beli minuman. Saat itu, ia pelan-pelan mengajak bicara, lalu menelepon pihak keluarga yang nomornya ia dapat dari dompet si penumpang.

Wanita itu akhirnya diselamatkan. “Mas ini bukan cuma nyetir motor, tapi nyetir hidup saya keluar dari jurang,” katanya sambil menangis.

4. Anak Penjual Koran yang Lulus Cum Laude di Fakultas Kedokteran

Rizal adalah anak seorang penjual koran keliling di Makassar. Setiap pagi, ia membantu ayahnya mengantar koran ke warung-warung sebelum berangkat sekolah. Ia belajar dari fotokopi buku karena tak mampu beli asli.

Tapi semangatnya luar biasa. Ia berhasil tembus fakultas kedokteran lewat beasiswa dan lulus dengan predikat cum laude. Saat wisuda, ia berdiri dengan toga dan menggandeng ayahnya.

“Dari tangan yang kasar ini, lahir mimpi yang lembut,” katanya sambil mencium tangan sang ayah di depan ribuan orang.

5. Pedagang Keliling yang Bangun Perpustakaan dari Buku Bekas

Pak Sugeng menjual jajanan keliling di desa kecil di Jawa Tengah. Ia punya kebiasaan aneh: setiap kali menerima buku bekas dari pelanggan, ia simpan. Lama-lama, koleksinya ratusan.

Ia lalu menyulap sebuah bangunan kosong di belakang rumahnya jadi perpustakaan kecil untuk anak-anak desa. Tak ada biaya masuk, tak ada jam buka resmi.

“Selama pintunya belum rusak dan saya belum mati, siapa saja boleh baca,” ujarnya sambil tertawa.

Kini, anak-anak desa memanggilnya “Pak Guru Sugeng” — meski ia hanya lulusan SD.

6. Remaja Penjual Es Lilin yang Sumbangkan Uang ke Korban Banjir

Bayu, remaja 15 tahun dari Pekalongan, menjual es lilin keliling selepas sekolah. Suatu hari, ia mendengar berita banjir besar melanda daerah tetangga. Ia kemudian menyumbangkan seluruh hasil jualan selama seminggu ke posko bantuan.

Orang-orang bertanya, kenapa mau memberi padahal hidupnya juga susah?

Ia menjawab, “Saya tahu rasanya kehilangan. Kalau saya bisa bantu orang lain tidak merasakannya, saya harus lakukan.”

Kisahnya viral, dan Bayu pun diberi beasiswa oleh donatur yang tersentuh hatinya.

7. Pria Tunanetra yang Menjadi Relawan Pembaca untuk Sesama Difabel

Pak Herman kehilangan penglihatannya saat usia 25 tahun karena kecelakaan. Tapi ia tidak menyerah pada nasib. Ia belajar Braille dan menjadi relawan pembaca buku untuk tunanetra yang lebih tua.

Dengan perekam suara sederhana, ia membacakan novel, berita, bahkan materi pelajaran. Hasil rekamannya disebar lewat komunitas.

“Saya tidak bisa melihat, tapi saya bisa jadi mata bagi yang lain. Itu cukup,” ujarnya.

Kebaikannya menjalar dan kini komunitas tunanetra di daerahnya punya bank suara sendiri.

8. Guru TK yang Bangun Sekolah di Teras Rumah

Ibu Murni adalah pensiunan guru TK di Sumedang. Setelah pensiun, ia merasa tak bisa hanya duduk diam. Ia lalu membuka kelas kecil di teras rumahnya bagi anak-anak prasekolah yang tidak mampu.

Ia mengajarkan angka, huruf, dan menyanyi dengan cara yang hangat. Tak pernah meminta bayaran. “Kalau saya bisa bantu satu anak saja cinta belajar, saya sudah merasa hidup saya berarti,” katanya.

Kini, muridnya lebih dari 20 anak — dan mereka menyebut teras itu “sekolah pelangi.”

9. Petani Sayur yang Bagikan Hasil Panen ke Warga Saat Harga Jatuh

Pak Leman, seorang petani sayur di Garut, panennya tidak laku karena harga anjlok di pasar. Alih-alih membiarkannya busuk, ia memuat hasil panennya ke mobil sewaan dan membagikannya ke warga desa sebelah yang sedang mengalami krisis ekonomi.

“Sayur ini nggak bisa disimpan. Tapi kalau dimakan hari ini, bisa perpanjang hidup orang,” katanya.

Warga pun terharu, dan kampung itu ramai-ramai membantu mencarikan pasar baru untuk sayuran Pak Leman.

10. Tukang Cukur Keliling yang Potong Rambut Gratis untuk Tuna Wisma

Bang Udin adalah tukang cukur keliling di Jakarta. Dengan alat cukur sederhana, ia keliling dari gang ke gang. Tapi ada yang unik — ia punya daftar pelanggan khusus: para tuna wisma.

Setiap minggu, ia menyediakan waktu khusus untuk mencukur rambut para gelandangan. “Saya tahu mereka ingin terlihat manusiawi juga. Kalau rambut mereka rapi, mereka bisa cari kerja, bisa percaya diri,” ujarnya.

Para tuna wisma itu kini memanggilnya “Bang Salon.”

Kebaikan Itu Menular — Mulai dari Orang-Orang yang Tak Kita Duga

Kadang, yang membuat kita percaya pada dunia bukanlah mereka yang punya kekuasaan atau sorotan kamera. Tapi mereka yang dengan tenang, setiap hari, berbuat baik dalam sunyi. Mereka membuktikan bahwa kebaikan itu tak perlu pengakuan. Cukup dilakukan, dan dunia akan menemukan caranya untuk menyebarkan cahaya itu.

Mungkin kita tidak bisa mengubah dunia sendirian. Tapi jika satu orang bisa mengubah hidup satu orang lainnya, bukankah itu awal dari segalanya?

Jadilah satu titik terang di tengah gelap. Karena dari situ, ribuan cahaya lain bisa mulai menyala.

Leave a Reply